Kamis, 12 November 2009



Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertaniannya. Dalam dunia modern saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mangalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun demikian irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu-persatu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram.
Sebagaimana telah diungkapkan, dalam dunia modern ini sudah banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan irigasi dan ini sudah berlangsung sejak Mesir Kuno.


Teknologi Irigasi Lahan Kering

> Di lahan kering, air sangat langka dan pemanfaatannya harus efisien. Jumlah air irigasi yang diberikan ditetapkan berdasarkan kebutuhan tanaman (Tabel 3), kemampuan tanah memegang air, serta sarana irigasi yang tersedia.

> Ada beberapa sistem irigasi, yaitu (1) irigasi tetes (drip irrigation), (2) irigasi curah (sprinkler irrigation), (3) irigasi saluran terbuka (open ditch irrigation), dan (4) irigasi bawah permukaan (subsurface irrigation). Untuk penggunaan air yang efisien, irigasi tetes merupakan salah satu alternatif. Sistem irigasi tetes tanaman cabai


Tabel 3. Kebutuhan air beberapa jenis tanaman pada setiap fase fenologi

Jenis tanaman

Kebutuhan air (mm)1

Pembentukan tunas

Vegetatif

Pembungaan

Pembentukan buah/umbi

Pematangan

Kentang

70
(25)

160
(35)

220
(40)

150
(30)

50
(10)

Tomat

78
(30)

82
(20)

185
(30)

93
(20)

62
(20)

Tembakau

16
(10)

96
(30)

132
(30)

160
(40)

96
(30)

Tebu

83
(30)

495
(90)

1190
(180)

132
(30)

100
(30)

Jagung

56
(20)

167
(30)

115
(15)

250
(40)

62
(15)

Kacang tanah

51
(15)

162
(30)

235
(35)

162
(30)

40
(10)

Kedelai

30
(20)

165
(35)

292
(45)

47
(10)

41
(10)


> Ketersediaan sumber air irigasi sangat penting. Salah satu upaya mencari potensi sumber air irigasi adalah dengan melakukan deteksi air bawah permukaan (groundwater) melalui pemetaan karakteristik air bawah tanah. Cara ini dapat memberikan informasi mengenai sebaran, volume dan kedalaman sumber air untuk mengembangkan irigasi suplemen.
>
Deteksi air bawah permukaan dapat dilakukan dengan menggunakan Terameter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar